Kedua anak panah telah berada di tubuh
Ening berdiam di perut
Sedangkan Jati ada di ulu hati
Jamban yang tidak terlalu busuk
Tai disini indah-indah
Warna-warni seperti pelangi
Kalau dijilat terasa seperti
Blueberry
Jamban ini membuai
Kebiasaan seorang manusia
Saat di Jamban ada dua kemungkinan
Pertama...Buang hajat
Kedua...Buang drajat
Buang hajat sangat dianjurkan
Baik bagi kesehatan
Menjauhkan diri dari beragam penyakit mematikan
Beda kasusnya kalau
Buang drajat
Bakal calon manusia berenang diantara selok comberan
Wadah-wadah untuk jiwa itu
Dibuang sia-sia
Hal semacam itu bukan apa
Hanya kalau keseringan
Bisa-bisa mendatangkan
Malapetaka
Jamban ini benar-benar aneh
Tidak ada tanda-tanda akan kemunculan panah ketiga
Kata orang-orang tua
Panah ketiga sangatlah membingungkan
Pikiran lamunan kabur seketika
Sebuah kotoran sejati turun dari awang-awang
Langit-langit jamban memerah kekuning-kuningan
Kemudian dari atas
Jatuh orang-orang yang menjijikkan
Orang-orang yang nampaknya kukenal
Hanya saja aku lupa namanya
Mereka 'telebok', jatuh di permukaan jamban indah
Seketika jamban yang indah ini
Menjadi perbukitan tai
Mereka merusak panorama
Pohon-pohon berganti tai
Udara sejuk tadi kini beraroma tai
Burung-burung yang melintas, mati
Mereka membawa satu panah
Sayangnya panah itu berada di antara dubur
Mencuat keluar
Sedangkan orang-orang jatuh
Bercinta seperti kawanan serigala
Kalijodo baru ada disini
Dolly berenkarnasi
Akibat hotel-hotel yang terlalu berharga tinggi
Bagaimana cara mengambilnya ?
Salah seorang wanita diantara kerumunan mendatangi
Mencekik leher dan sampai badanku terjengkang
Dia naik ke atas kegagahan
Mulutnya berlidah api
Matanya menyembunyikan pelangi
Apa daya....
Setelah pertarungan keras
Keringat kucur deras
Badan seketika lemas
Senampang
Keperjakaanku harus terlepas dari genggaman
Tanpa kesadaran....
Yang penting panah 'Wrang'
Bersarang dimulutku
Orang-orang jatuh mengerumuniku
Menelanku bulat-bulat
Menjauhkanku dari dunia tai
Yogyakarta, Februari 2016