Minggu, 22 Maret 2015

KULIAH ATAU KARYA

Namanya juga anak muda, apalagi seorang mahasiswa S1. Oleh orang tua tentunya seorang mahasiswa dituntut untuk memprioritaskan kuliahnya, lulus tepat waktu, kerja lalu nikah dan punya anak. Semudah itulah urutan hidup dari seorang mahasiswa yang dituntut oleh orang tua. Padahal dalam kenyataan, mahasiswa ada beragam jenisnya. Ada fokus pada kuliahnya, tiap waktu tercurah untuk belajar. Agaknya memang kelihatan "antisosial", meskipun begitu tetap ada juga kawan-kawannya hanya saja kebanyakan yang sebidang dengannya atau kebetulan berada dalam satu kelompok maupun organisasi. Belajar dan cepat lulus itulah tujuannya, sesuai dengan yang sudah digariskan oleh orang tua. Untuk berani membangun jaringan diluar bandingnya, tentu mahasiswa yang fokus terhadap kuliahnya sulit untuk membangun juga merawat jaringan yang sudah ada. Sebabnya ialah, ketika si jaringan tengah butuh bantuan dia malah menolak untuk membantunya karena alasan yang bersangkutan dengannya. Dalam hal ini ia jelas berpikiran bahwa kuliahnya-lah yang perlu diselamatkan, bukan hal-hal yang lepas dari perkuliahan. Apapun kegiatannya, kuliah tidak boleh ditinggalkan. Begitulah pemikiran mereka yang telan mentah-mentah keinginan orang tua.

Beda halnya, dengan mahasiswa yang begitu mengejar karya. Mumpung banyak teman memperbanyak jaringan, mumpung masih muda begitu membara ingin berkarya. Bagi mereka, ilmu tidak hanya didapat dari bangku kuliah. Dari berkegiatan, menjalin persahabatan baru dan segala bentuk hal dalam berkarya, mereka punya caranya sendiri untuk menyelesaikan masalah, apabila ia ditengah pilihan kuliah atau karya pasti ia memilih karya, sebab baginya sekalipun kuliah materi yang diberikan tak sebegitu jelas dan kehadiran adalah pokok kebutuhan daripada ilmu dalam perkuliahan iti sendiri. Dalam benaknya, untuk apa kuliah jika yang dinilai adalah tanda tangan, bukan ilmu yang benar-benar ilmu.

Apapun skala prioritas yang disusun atau pilihan antara prioritas dan loyalitas, mahasiswa sudah bisa dianggap dewasa dan sanggup mempertanggungjawabkan yang sudah jadi pilihannya. Konsekuensi apapun dari pilihan yang diambil dengan gagah berani harus diterima oleh mahasiswa. Kemungkinan terburuk dari pilihan yang diambil harus dipirkan masak-masak, agar bisa ditemukan penyikapan yang terbaik. Masa muda memang masa galau, pilihan atas suatu hal merupakan ujian yang harus dilalui. Seperti kata Tan Malaka, "HARTA YANG DIMILIKI OLEH PEMUDA HANYALAH IDEOLOGI". Jika tiba waktunya anda harus memilih antara kuliah atau karya. Beranilah ambil konsekuensi dari setiap pilihannya.

0 komentar:

Posting Komentar