Idul fitri hampir tiba, di minggu-minggu terakhir bulan puasa, anak-anak kecil pada merengek pada ibunya. Mereka minta uang, untuk membeli perlengkapan dan kebutuhan hari lebaran. Tapi sama si ibu, anak-anak kecil diberi misi, sebelum menerima uang yang diminta. Misinya ialah, para anak kecil disuruh untuk menyambung silaturrahim ke sanak saudara, dengan mengantarkan makanan. Setelah makanan diantar, si ibu memastikan bahwa mereka akan dapat uang. Benar saja, tiap rumah yang diantari makanan, memberi ganti berupa uang. Anak-anak kecil pun merasa senang dan bahagia. Peristiwa masyarakat itu bernama "weweh".
Seperti asal katanya, dari bahasa Jawa yaitu, 'weh' yang berarti memberikan. Tapi, ada beberapa kasus yang perlu dipertanyakan dalam tradisi 'weweh' ini. Pertanyaan itu adalah, kenapa makanan yang di-"weweh"-kan ?
Kalau "weweh" berarti memberi, kenapa ada unsur uang yang terlibat? Kemudian yang paling misterius adalah, kenapa yang mengantarkan "weweh" adalah anak kecil? Ketika menginjak usia dewasa ada rasa malu untuk melakukan "weweh".
Baiklah, satu persatu akan terjawab di bagian ini. Kenapa harus makanan ialah lebih karena masyarakat yang masih melakukan tradisi weweh secara otomatis melaksanakan perintah nabi, yaitu memberi makan orang yang berpuasa. Entah masyarakat menyadari atau tidak, "weweh" kalau di pikir jernih masih bagian dari perintah nabi SAW, seperti yang baru disebutkan. Selanjutnya adalah, terdapatnya unsur education dalam tradisi "weweh", ini dibuktikan dengan terlibatnya anak kecil yang diminta mengantarkan "weweh". Padahal siklus yang terjadi kalau tanpa adanya "weweh" hanyalah seorang anak kecil minta uang pada orang tua dan orang tua memberikan uang. Namun, karena adanya "weweh" si orang tua ingin mengajarkan pada anak mereka bahwa mencari uang suatu saat nanti sangatlah melelahkan. Sejak siang, sampai sore hari, si anak kecil berputar du tetangga-tetangga hingga ke guru-guru dan sanak saudara. Bagi yang di-"wewehi', mereka memberi ganti keringat berupa uang. Jadi, terdapat perjanjian tidak tertulis diantara masyarakat bahwa mereka bertekad untuk mendidik para generasi selanjutnya untuk menjadi seorang yang tangguh, gigih serta ulet. Disamping fungsi laten tersebut, dilibatkannya anak kecil untuk tradisi "weweh" ini ialah untung mempererat tali persaudaraan, para orang tua masing-masing berniat menyampaikan pesan bahwa putra-putri mereka kenal pada orang yang di-"wewehi", yang notabene masih tetangga atau masih sanak keluarga.
By : GM
Sampel :
Ds.Modopuro, Kec.Mojosari, Kab.Mojokerto
0 komentar:
Posting Komentar