Gadis kecil itu serius
Menulis aksara Jawa diatas kertas
Tinta mengalir mulus
Seperti emas terbawa arus
Runut runtut dan terus lurus
Kepandaiannya telah melebihi andaikan
Seketika giginya bergemeretak
Keringat dingin netes di pelipis
Ia usap, terlihat ia lupa bentuk aksara WA
Daripada makan waktu, ia teruskan menulis dan tiba-tiba terhenti di aksara JA, ia lupa lagi bentuknya
Daripada menunggu waktu, kembali ia tulis aksara Jawa itu sampai usai
Setelah selesai ia memainkan tangan, mengawang bentuk aksara WA dan JA
Rasa menyerah datang
Segera ia berdiri
Mencari bentuk WA dan JA di buku pepak, namun sayang pepak itu basah lecek hingga tak kelihatan tulisannya
Air mata mulai menggenang, rak buku ia obrak-abrik kemudian tak sengaja ia jatuhkan buku Serat Centhini...
...............
Nurwitri jogetan pakai kemben dan jarik, payudara pasangan, bathok kelapa yang ia manfaatkan.
Hingga terlihat menyembul seperti payudara beneran.
Sedangkan lampu disko lalu lalang.
Sirat-semirat, melesat serang dari beragam arah.
Wajahnya yang madu, manis dan legit dipandang, ditimpa cahaya lampu yang menerawang.
Pinggulnya terbawa angin, naik turun mengangkat napsu.
Sang DJ memukul rebana, bersenandung dangdut Jawa.
Seorang pria menemani, tak tahu bahwa wanita yang ia temani sejenis padanya.
Sang Adipati terpana, keinginan untuk melihat Nurwitri terwujud.
Majalah FAM dan PLAYBOY yang sudah banyak ia koleksi, digeletakkan begitu saja.
Dihadapannya sudah ada yang lebih menarik hati.
Mulutnya mangap, terjunlah liur dan diterima oleh seorang selir yang tiduran di pangkuannya, tak sengaja air itu menetes di pelipis selir.
Bedhilnya berdiri, setegak tekad ISIS.
Membumbung, siap nyembur kapan waktu saja.
Sedangkan Mas Cebolang segera berdiri, melepas bludru memakai kemben.
Lari ke depan ikut berjoget, sedikit lebih cantik daripada Nurwitri.
Goyangannya nyiur dihempas badai.
Sang Adipati tak tahan.
Pesta segera dihentikan.
Pamit Mas Cebolang guna membawa Nurwitri ke kamar.
Sedang Mas Cebolang setengah memperhatikan.
Pada Jahe Manis ia main pandang.
Tak peduli, mengijinkan kehendak Sang Adipati.
Nurwitri cuma menuruti.
Dalam kamar.
Hawa sanga Nurwitri kemasukan barang keras tumpul.
Tak berlendir namun begitu membawa diri ke awang-awang.
Lagu barat membahana, DVD tutorial di pause.
Sang Adipati perkasa di puncak kenikmatan sejenis.
Berasa di atas dan tak kunjung turun.
Tubuh Nurwitri bergoncang-goncang, desahannya kuat.
Nafas Sang Adipati memburu setan.
Pada titik X keduanya menggelinjang dan tergoncang senang, karena lemas, tidur berpelukan.
Ajian Jaran Megol di praktikkan, ajian itu tepat kena kening Jahe Manis.
Mas Cebolang mengiringkan Jahe Manis ke pembaringan.
Bicara lembut dan sehalus licin air hujan di aspal.
Bujuk rayu-nya melebihi Permadi.
Terpikat, pesona tersekat pada Mas Cebolang.
Darah Jahe Manis balapan dengan detak jantung.
Sedangkan Mas Cebolang masih setenang telaga susu.
Tibalah waktunya.
Jahe Manis sudah mabuk kahyangan.
Oleh Mas Cebolang ia dibaringkan.
Payudaranya kencang ketat.
Lentik jarinya melambai raba pada tengkuk Mas Cebolang.
Saat leher Jahe Manis dihisap kekuatan ghaib Mas Cebolang.
Mulus halus dan penuh semangat.
Jahe Manis menurut saja.
Lewat samping Mas Cebolang menusuk dengan keras, memaksa Jahe Manis untuk menggapai impian.
................
Sedangkan gadis kecil yang memikirkan bentuk WA dan JA cuma garuk-garuk kepala.
Yogyakarta, 16 Okt 2015
0 komentar:
Posting Komentar