Bersenandunglah...bersenandunglah
Lagu kematian menyelinap
Mengeluarkan paksa daya hidup
Dari anak panah, tombak dan keris
Menancap rancap
Mengoyak keberanian
Setelah ini apa lagi
Tidak ada yang peduli
Berapa harga dari sebuah janji
Tiada yang peduli
Bahwa kebanyakan perang terjadi
Sebab janji-janji di ingkari
Aku bagian dari itu semua
Yang kini tunduk lesu
Dengan keris menghujam dada
Setidaknya aku tidak perlu lagi
Ke tempat biadab yang kusebut rumah
Sekian nyawa musuh kutelan
Sedikitpun tiada yang memberi alasan
Bagiku untuk kembali
Manikmaya sialan
Licik, cerdik
Satu-satunya mengapa ia masih terus hidup tidak lain ialah ambisi
Kini untuk berdiri aku tak mampu
Apalagi memenggal kepalanya
Ribuan kilometer dari rumah
Aku akan mengonggok disini
Tanpa ada yang harap kedatanganku
Muak karena istri dan anakku
Meninggalkanku membusuk di medan pertempuran demi laki-laki lain yang duduk di tahta dewan kerajaan
Muak karena sahabat-sahabat yang menusuk dari belakang
Seolah mereka tak pernah diajari menghormati sebuah janji
Muak karena orang-orangnya yang selalu merasa dirinya paling hebat dibandingkan yang lainnya
Aku tidak akan pulang
Keris di dada kucabut
Darah segar mengalir
Lalu bisikan dewa terngiang
'Apa guna hidup kalau berlaku sama seperti orang yang kau benci,?'
Yogyakarta_
0 komentar:
Posting Komentar