Satu anak panah telah kudapat
Kutelan bulat-bulat
Masuk ke perut kecil
Kurang roti
Kurang jatah makan
Setiap hari dimasuki nasi kucing kecil
Ening berdiam diri di lambung
Asam tiada akan meleburnya
Ia akan anteng
Berdiam diri seperti jabang bayi
Aku telah jatuh ke atas
Semenjak dari sang Gelap
Kini dunia antah berantah terbentang
Di pelupuk mata
Hanya ada gurun
Tanpa matahari ataupun bulan
Cahaya yang ada
Tak tahu darimana arah datangnya
Sunyi
Air yang berdiam
Hangat
Api yang tersentuh kulit
Kaki berjalan sepuluh kali
Ujung dan pangkal hanya sama
Filosofi macam apa ini?
Himpitan baru yang bernama kesendirian
Siapa musuhku disini?
Seseorang mendekat
Dekat sekali
Hingga nafasku sesak
Oleh keterkejutan ia terdesak
Di hadapanku
Wajah itu milikku
Mata itu milikku
Badan itu punyaku !!
Tunggang langgang
Larilah ketakutan
Sampai lelah
Sejengkal aku tak mampu berpindah
Di dalam bola mata milikku itu
Terbaring anak panah kedua
"Jati"
Bagaimana cara mengambilnya?
Perlukah kucongkel?
Atau ku potong saja lehernya?
Kemudian ku catut keluar bola mata itu
Hentak suara guntur
Kilatnya masuk tepat ke kedalaman jiwa
Suara riuh aneh terdengar
Habis sepi, ramai datang kemari
Gundah resah kalut
"Siapa ?!!"
"Akulah kamu, kamulah aku..."
"Omong kosong !"
"Kosong adalah isi, isi adalah kosong..."
"Kalimat basi !!"
Mata itu menundukkanku
Tertekuk di hadapan
Ia melotot dan panah itu
Semakin jelas terlihat
Makian-makian menceramahi wajahku
"Ibumu adalah pelacur !"
"Bapakmu adalah penjual benih kehidupan !"
"Kepintaranmu hanyalah fana !!"
"Kamu akan selalu kehilangan sesuatu yang berarti !!"
"Manusia busuk sepertimu, yang sering mengingkari janji..."
"Bumi ini tak pantas kamu huni !!!"
Mataku tertunduk
Gelai air tangis
Memaksaku untuk berdiri
Menatap dingin, dingin sekali
Aliran darahku secepat lesat
Suara dan cahaya dikalahkan
Gelegar jantung menghentak lantak
Kutatap mata itu
Dingin, dingin sekali
Kubunuh manusia yang bernama
'AKU'
Kucaci habis-habisan
Dan akan kucari
'AKU' yang baru lagi !!
Mata itu remuk redam
Berdarah luruh
Dendamnya habis
Pandangan dingin yang telah menaklukkannya
Dari bola mata coklat itu
Mencuat keluar anak panah
"Jati"
Kupegang erat dengan tatapan kosong
Ratapan serigala terdengar
Tsunami menghantam
Air bah yang tak tahu asalnya memenuhi diriku
Yang masih tak sadarkan diri
Menghempaskan tubuh serta keberadaanku
Ke Jamban Raksasa
Yogyakarta, Februari 2016
0 komentar:
Posting Komentar