Selasa, 24 November 2015

MAWAR DARAH KEN AROK

ganlah menjadi pribadi melankolis
Seraya menjadikan diri romantis
Mengajukan kalimat-kalimat yang hanya berdasar pada tangis
Kala hati tengah tergiris
Apalah ini kecemasan dan perhatian
Tiada beda di keduanya
Sama dan selalu sama
Apapun keadaan; baik buruk melanda
Hati yang jatuh mencerca-cerca
Besoleklah wajahmu itu dihadapan binimu atau pacarmu pun idamanmu
Lagu sendu ciri lelaki lemah syahwat
Kurang vitalitas, tanpa daya mengarungi keruwetan hidup
Termasuk asmara didalamnya
Penuh cemonglah wajahmu
Hadapan denganku
Dekil, jarang mandi lantas intens ber-onani
Pertanyakanlah padaku
Pantaskah sebut aku manusia
Peduli diri saja tidak ada
Bermesraan, bercumbu, dan kawin tiap malamlah engkau
Bersama siapapun jua
Aku akan mengintip dari lubang kunci pintu
Sembari dengar jelas rintihanmu
Biar nanti
Biar tiba ku punya waktu
Aku tahu bagaimana harus perlakukanmu
Di atas ranjang itu
Sudah terlanjur kulihat
Turunmu dari kereta kencana
Betis mulus milikmu
Tak sampai sentuh aku tahu
Selembut sutralah itu
Coba kalau rokmu tiada mengangkat
Tiada sampai aku jatuh hati pada betis punyamu
Sekalipun kau punya bini
Diri ini repot peduli
Sebab saban hari
Bertemulah kita di tempat sama
Waktu jua telah tertata
Percaya aku
Lama-lamalah, nanti tumbuh juga kau ada asmara
Tak akan pernah aku menyanyi di depanmu
Menggombal dan mengumbar kepandaian diri
Kau pasti sudah tahu dari tajamnya tatapanku
Mendekati dengan baca puisi
Apalagi puisi cinta khas anak muda
Itu semua hanya omong kosong
Maklumlah, wanita
Kala ada pria rapi penampilan
Tunjukan punya kemampuan
Cepat pasti terjerat
Tidak aku seperti itu
Akan kubuktikan dengan gaya lawas, tempo doeloe
Akan kuminta restu para guru
Ketika pulas binimu
Akan kutikam dengan belati dapur pemberian ibu
Rupanya setuju para guru
Kaupun sukalah pada tindakanku nanti
Malamnya sudah tiba
Belati dapur sudah kumasukkan balik baju
Lalu bunga mawar kubawa
Kutusuk beberapa kali jantung binimu
Hingga darah bercecar di lantai kamar
Sedangkan kau tetap tidur
Sesuai rencana kita
Kau berpura-pura tidur
Ketika kuambil nyawa kau punya bini
Tunai sudah misiku
Kasihan sekali mawar yang kubawa harus bermandikan darah
Tapi tak apa
Pelan kau buka mata
Dan kujejangkan kedua kaki ku
Diantara tubuh telentangmu
Lalu kuletakkan mawar darah disela dadamu
Sekalipun di samping
Mayit dari binimu
Tak jadi apa
Memang barbar cara kita bercinta
Tapi tak masalah
Nanti pagi akan kubuang mayit binimu
Sekarang, mari nikmati malam ini
Di tempat ini
Bermandikan keringat
Hingga nanti pagi surya matahari
menjerat
Yogyakarta,  Juli 2014

Related Posts:

  • PENGELANAZirah miliknya koyak Pengkhianatan dan dusta penyebabnya Kini ia berjalan gontai Sepi sunyi membanjiri Kemanapun pergi, pedangnya sudah bisa dibilang tak mampu melindungi Apalagi darah makin tumpah Meresap ke tanah Berharap b… Read More
  • KALAU MAUAda tempat di timur perempatan Jalan yang selalu ramai Dengan bulir angan berterbangan Sekaligua nyali terpacu dalam syahdu Jangan hanya diam Bertekuk lutut di kolong kamar Kamu perlu keluar sesekali Sambut tanganku Menuntun … Read More
  • LAKI-LAKI UJUNG GANGRemang jangkau lambai cahaya Bulan penuh yang tinggal separuh Diredam mendung jadikan lusuh Mata nanar tak disangka Kalbunya ditikam mimpi Nalar serta ambisi Peluh Keringat Beserta sakit hati Jiwanya pada tengah keretap hujan… Read More
  • MENANGKAP ANGINMenghembus sela demi sela relung Menggaris imaji vertikal horizontal Gelagap bangun dari mimpi buruk Dikipas damai hati sejuk berarti Sesuai dengan tanda itu Apa harus kutunggu di puncak fana Perjalanan melelahkan Tekad niat … Read More
  • HUJAN SORE HARIKalau pelangi dirundu Untuk bertemu hujan saja tak mau Tertimpa panas pun tak sedia Kalau begitu caranya Bagaimana bisa menemuinya Keadaan yang pasti berputar Manusia tak pernah merasainya Karena berada dalan putaran itu Namu… Read More

0 komentar:

Posting Komentar