Kalau pada Tuhan, sudah umum.
Kalau pada diri sendiri, mainstream
Lalu percaya pada siapa lagi ?
Sekarang kita akan bicara tentang hal yang mungkin agak sulit dicerna. Dicerna berarti memahami, mengkaji dan menerapkan. Sering kali kita pasti pernah menemukan suatu permasalahan yang berkaitan dengan keyakinan diri sendiri dan bagaimana menularkan keyakinan itu pada orang lain. Sebagai kasus konkritnya, kita akan membicarakan dalam frame teater.
Berikut adalah cuplik perbincangan dini hari dengan praktisi kesenian bantengan asal Mojokerto yang sedang menempuh pendidikan di Solo.
Kita sedang mengalami kesulitan dalam menghadapi aktor-aktor, kesulitan itu menjadikan kita menjadi agak lepas terhadap keyakinan kita bahwa kita bisa mengkondisikan mereka. Kesulitan-kesulitan itu sangatlah umum, begini, sebut saja kesulitan itu adalah perbedaan karakter, niat, dan batasan.
Diantara itu yang paling mendasar adalah niat, tegak tidaknya konsentrasi atau kemaksimalan dalam berproses ditentukan oleh niat atau tujuan. Lha, disini perlu kita tanyai dan benar-benar kita ketahui niat mereka (aktor). Kita harus benar-benar bisa mengetahui niat asli mereka, tidak boleh ada jawaban 'sok', maksudnya dibuat-buat. Semakin asli niat yang dipaparkan, maka kita bisa melangkah ke tahap selanjutnya yaitu mencari batasan dalam diri mereka.
Begini, setiap manusia selalu memiliki kemampuan dan batasan-batasan yang terdapat dalam dirinya. Kalau kita tahu sudah niat aktor kita, maka dari situlah kita tahu langkah dan batasan apa yang akan diterapkan pada aktor tersebut bersesuaian dengan niat para aktor. Untuk metode kita tidak akan memaparkan, yang dipaparkan cuma langkah kerjanya. Sebab, untuk metode, kita harus benar-benar tepat dengan niat serta batasan yang dimiliki aktor.
Pamungkas adalah perbedaan karakter. Kedua tahap yang telah disebutkan diatas tadi harus benar-benar diketahui oleh semua seluruh aktor yang terlibat. Karena, penyelesaian atas metode terhadap niat dan batasan bisa jadi adalah melalui persamaan karakter antara satu dengan yang lain. Jelas tidak semua sama, hanya saja yang sama harus dikelompokkan sendiri setelah itu baru kita berikan metode yang tepat sesuai dengan niat, karakter dan batasan.
Pastinya, kita harus pandai-pandai memaksimalkan tigaaspek yang telah disebutkan tadi.
Source :MAHMUD NA
BY : GM
PERCAYA PADA SIAPA LAGI ?
Related Posts:
ALLAHU'AIDS Pada era gegap gempita akan informasi, teknologi, dan komunikasi saat ini, fungsi-fungsi dari Tuhan benar-benar telah hampir sepenuhnya manunggal dalam setiap sendi kehidupan manusia. Manunggal dalam kebutuhan-kebutuhan poli… Read More
BERTERNAK PURNOMOAda satu hal yang sampai saat ini sulit dilakukan oleh orang-orang yang sudah berumur dan memiliki adik, entah adik kelas ataupun adik karena anggapan. Kesulitan itu adalah, menjadi seakrab mungkin, sedekat mungkin tanpa meni… Read More
PERCAYA PADA SIAPA LAGI ?Kalau pada Tuhan, sudah umum. Kalau pada diri sendiri, mainstream Lalu percaya pada siapa lagi ? Sekarang kita akan bicara tentang hal yang mungkin agak sulit dicerna. Dicerna berarti memahami, mengkaji dan menerapkan. Serin… Read More
MAK SUM DAN KRECEKAN AREK-AREKGawe arek-arek sing omahe nang sak ubekke Mojosari, Mojokerto. Wis jelas ngerti sing jenenge Terminal Lawas. Lha nang njero Terminal Lawas iku rek, onok warung tersohor sing wis menjalin hubungan bilateral karo warung luar ne… Read More
SEBUAH RUMAHEntah apa yang telah kami perbuat, baik atau burukkah sebenarnya keberadaan kami bagi masyarakat, Mojokerto khususnya. Kami juga belum meningkatkan kualitas 'harapan' kami untuk menjadi 'doa'. Selama ini jarang muncul sebuah … Read More
0 komentar:
Posting Komentar