Rabu, 12 Agustus 2015

PERCAYA PADA SIAPA LAGI ?

Kalau pada Tuhan, sudah umum.
Kalau pada diri sendiri, mainstream
Lalu percaya pada siapa lagi ?

Sekarang kita akan bicara tentang hal yang mungkin agak sulit dicerna. Dicerna berarti memahami, mengkaji dan menerapkan. Sering kali kita pasti pernah menemukan suatu permasalahan yang berkaitan dengan keyakinan diri sendiri dan bagaimana menularkan keyakinan itu pada orang lain. Sebagai kasus konkritnya, kita akan membicarakan dalam frame teater.

Berikut adalah cuplik perbincangan dini hari dengan praktisi kesenian bantengan asal Mojokerto yang sedang menempuh pendidikan di Solo.

Kita sedang mengalami kesulitan dalam menghadapi aktor-aktor, kesulitan itu menjadikan kita menjadi agak lepas terhadap keyakinan kita bahwa kita bisa mengkondisikan mereka. Kesulitan-kesulitan itu sangatlah umum, begini, sebut saja kesulitan itu adalah perbedaan karakter, niat, dan batasan.

Diantara itu yang paling mendasar adalah niat, tegak tidaknya konsentrasi atau kemaksimalan dalam berproses ditentukan oleh niat atau tujuan. Lha, disini perlu kita tanyai dan benar-benar kita ketahui niat mereka (aktor). Kita harus benar-benar bisa mengetahui niat asli mereka, tidak boleh ada jawaban 'sok', maksudnya dibuat-buat. Semakin asli niat yang dipaparkan, maka kita bisa melangkah ke tahap selanjutnya yaitu mencari batasan dalam diri mereka.

Begini, setiap manusia selalu memiliki kemampuan dan batasan-batasan yang terdapat dalam dirinya. Kalau kita tahu sudah niat aktor kita, maka dari situlah kita tahu langkah dan batasan apa yang akan diterapkan pada aktor tersebut bersesuaian dengan niat para aktor. Untuk metode kita tidak akan memaparkan, yang dipaparkan cuma langkah kerjanya. Sebab, untuk metode, kita harus benar-benar tepat dengan niat serta batasan yang dimiliki aktor.

Pamungkas adalah perbedaan karakter. Kedua tahap yang telah disebutkan diatas tadi harus benar-benar diketahui oleh semua seluruh aktor yang terlibat. Karena, penyelesaian atas metode terhadap niat dan batasan bisa jadi adalah melalui persamaan karakter antara satu dengan yang lain. Jelas tidak semua sama, hanya saja yang sama harus dikelompokkan sendiri setelah itu baru kita berikan metode yang tepat sesuai dengan niat, karakter dan batasan.

Pastinya, kita harus pandai-pandai memaksimalkan tigaaspek yang telah disebutkan tadi.

Source :MAHMUD NA

BY : GM

0 komentar:

Posting Komentar